Twitter Stream
Sering dikira sakit gigi, padahal akibat saraf terjepit.
Bedah mikro efektif mengatasinya.
Be Han Pau, warga Berastagi, Sumatera Utara, kehilangan semua giginya akibat salah diagnosis.
“Dokternya bilang, percuma dicabut satu, mending semua, biar sakit segera sembuh,” kata pria 58 tahun ini menirukan ungkapan sang dokter. Tapi apa daya, pencabutan itu tak berbuah kesembuhan.
Untuk mencari pengobatan, Be Han Pau pernah pula opname di sebuah rumah sakit di Malaysia, juga menjalani akupuntur. Tapi hasilnya nihil, rasa nyeri yang dimulai dari mata, menjalar ke pipi dan tenggorokan, yang dirasakan bagai tertusuk ratusan jarum itu tetap bertengger hampir sebelas tahun. Dan sekarang bisa sembuh setelah menjalani Microvascular Decompression (MVD).
Trigeminal Neuralgia adalah gangguan pada saraf yang ditandai dengan timbulnya rasa nyeri di wajah. Hal itu terjadi akibat saraf kelima trigeminus tertekan oleh pembuluh darah. Seperti kabel yang tergencet, saraf juga bisa “korsleting”. Nyeri tak bisa terelakkan karena saraf kelima memang bertugas merasakan apa yang ada di wajah dan kepala. Penderita yang tak tahan dengan nyeri hebat itu bahkan bisa terdorong untuk bunuh diri. Itu sebabnya, para ahli kedokteran sejagat menjuluki trigeminal neuralgia sebagai suicide disease.“ Rasa sakitnya tak bisa diceritakan lagi, seperti ditusuk paku atau tersengat listrik ribuan watt,” kata M. Sofyanto, dokter spesialis bedah saraf yang mengoperasi Be Han Pau.
Adapun Sofyanto mengaku sayatan yang dibuatnya tak lebih dari 1 sentimeter. Dengan bantuan mikroskop mini, deteksi saraf kelima pun dilakukan. Dengan kemungkinan 95 persen, dokter akan menjumpai pembuluh darah yang memanjang dan menempel ke saraf kelima.
Untuk memisahkan tempelan yakni melepaskan pembuluh darah yang menempel, lalu mengganjalnya dengan serabut berbahan teflon. Operasi butuh waktu satu setengah hingga tiga setengah jam dengan pemulihan satu atau dua hari. Dari ratusan pasien yang ditangani, sofyanto menyatakan baru menemukan satu pasien yang tidak sembuh sehingga terpaksa sarafnya dipotong. “ Tentu dengan persetujuan pasien,” kata master bedah mikro dari Universitas Nagoya, Jepang ini.
Karena kerap salah didiagnosis, para penderita penyakit ini mendirikan komunitas Trigeminal Neuralgia. Beranggotakan sekitar 150 orang, komunitas ini rutin menggelar pertemuan untuk bertukar pengalaman, “saya yakin, banyak masyarakat yang menderita tapi tidak banyak dokter yang bisa memberikan pemahaman yang benar,” kata sofyanto ihwal manfaat.
Disadur : TEMPO Edisi 23 - 29 Januari 2012
New Member
Story
Saya Lebih Banyak Bertafakur
Oleh : Irjen Pol (Purn) Untung S. Radjab bersama Istri
Setelah pensiun dari jabatannya di institusi Polri yang sudah puluhan tahun diembannya kini Irjen Pol (Purn) Dr. Untung S. Radjab, lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan keagaaman.
Read more...